Ini Hanya Blog Biasa yang Menyediakan Informasi Hal-hal Menarik Tentang Aceh.
Kuah Pliek-U, Gulai Para Raja
Masakan atau gulai khas Aceh.
Okezine - Template
Mesjid Raya Baiturrahman
Saksi bisu sejarah Aceh.
Okezine - Template
Tari Saman
Satu ciri menarik dari tari Aceh
..
Prev 1 2 3 Next

Tuesday 21 August 2012

Kue Tradisional Aceh Menggempur Lidah di Hari Fitri


Setiap daerah memiliki ragam tradisi masing-masing untuk menyambut hari raya Idulfitri, tak terkecuali di Aceh. Sebagai wilayah yang hampir 100 persen penduduknya mayoritas pemeluk Islam, suasana hari raya di Aceh sangatlah meriah dan semarak.

Kemeriahan ini mulai terasa jauh-jauh hari sebelum Lebaran tiba. Menjelang pertengahan Puasa, masyarakat Aceh umumnya mulai menyambut kedatangan hari raya dengan membersihkan pekarangan rumah, mengganti cat rumah, dan mengganti barang-barang perabotan rumah tangga yang dianggap perlu. Tak terkecuali, persiapan baju khusus untuk dipakai di hari paling istimewa tersebut.

Dari serangkaian persiapan di atas, yang tak kalah menarik adalah persiapan membuat aneka kue yang akan dihidangkan di hari raya. Kue-kue tersebut menjadi sajian utama bagi para keluarga, sahabat, dan tetangga yang berkunjung untuk bersilaturahmi.

Di setiap daerah di Aceh, kue-kue yang disajikan memiliki ciri khas, baik dari model, cara membuat, maupun filosofi dari makanan itu sendiri, tergantung pada letak wilayah dan komunitas masyarakatnya sendiri.

Untuk membuat kue-kue tersebut, umumnya kaum perempuan Aceh sudah mulai melakukannya sejak awal Puasa, yang dimulai dengan tradisi top teupông. Dulu orang Aceh menumbuk sendiri tepung-tepung dengan alat tradisional yang disebut “Jeungki”. Tradisi top teupông muncul sebelum bahan baku tepung untuk membuat kue mudah dibeli di pasaran seperti sekarang.

Prosesi menumbuk tepung ini biasanya dilakukan secara berkelompok, minimal dua atau tiga orang. Begitu juga saat membuat aneka penganan tersebut biasanya mereka sering melakukannya secara bersama-sama. Tradisi ini juga menggambarkan kekompakan dan kebersamaan yang tinggi di kalangan masyarakat Aceh.

Kue-kue tradisional Aceh yang umumnya sering ditemui saat hari raya adalah dodoi atau dodol. Kue berbahan dasar tepung ketan, gula, dan santan ini memiliki tekstur yang lunak dan kenyal. Untuk mendapatkan warna yang lebih cerah, dalam bahan baku kue ini biasanya ditambah gula aren atau gula merah sehingga warnanya menjadi coklat. Rasanya pun menjadi lebih legit dan harum.

Selain dodoi, kue-kue lainnya yang menjadi sajian istimewa saat lebaran adalah meuseukat, bhôi, dan keukarah. Ada juga kue bohusen, seupét, dan yang tak boleh ketinggalan adalah kue timphan. Keukarah, misalnya, selain menjadi hidangan untuk para tamu, di beberapa daerah di wilayah pantai barat Aceh, seperti Nagan Raya, dianggap sangat spesial karena menjadi kue hantaran dari pasangan pengantin baru kepada mertuanya.

“Ini khusus dibawa oleh mempelai wanita kepada mertuanya,” ujar Erismawati, warga Desa Ujong Patihah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya kepada The Atjeh Times. Kue-kue tersebut, kata Eris, berukuran sebesar piring kecil. Jumlah yang dibawa pun beragam, tergantung pada kemampuan finansial pihak mempelai perempuan. “Jumlahnya bisa 15, 20, atau 30 kue,” tambah Eris.

Sebagai pelengkap hantaran, biasanya juga disertakan kue bungong kayèe. Kue-kue tersebut diletakkan dalam wadah berupa talam atau tempat khusus. Saat mengantar, pengantin perempuan didampingi oleh beberapa keluarga inti. “Hantaran ini bisa dilakukan pada hari pertama lebaran atau hari kedua, tergantung punya waktunya kapan,” ujar Eris.

Kue-kue sajian lebaran umumnya adalah kue kering dan tahan lama, tetapi tidak demikian di dataran tinggi Alas. Di Gayo Lues, kue khas lebarannya justru kue basah yang disebut “lepat dangutel”. Lepat dangutel nyaris hanya ada setahun sekali dan dapat dinikmati saat hari raya.

Kedua makanan ini merupakan sajian istimewa dan khas bagi masyarakat Gayo Alas di Gayo Lues. Kue ini biasanya baru dibuat dua hari menjelang hari raya, biasanya disajikan bersama kopi khas Gayo. Lepat dangutel hampir mirip, sama-sama terbuat dari tepung beras dan dibungkus dengan daun pisang. Hanya saja jika lepat berisikan inti kelapa parut, gutel berisikan pisang rebus.

Selain kue-kue tradisional seperti di atas, saat lebaran masyarakat Aceh juga menyajikan aneka hidangan kontemporer lainnya. Mulai dari yang kering, seperti kue-kue berbahan dasar tepung gandum dan mentega hingga makanan seperti lontong dan cake. Bahkan, semarak kue-kue kontemporer ini lebih mendominasi karena variasinya yang bermacam-macam. Apa pun hidangannya, yang pasti Lebaran di Aceh takkan pernah terlupakan kemeriahannya.

sumber : atjehpost.com (Visit This website now)

0 comments: